Buat kamu yang pernah aku temui di awal kebangkitan obsesiku,
saat semua hanya mimpi yang kabur:
Kamu di sana, berjalan, bicara, menjabat tanganku, dan tersenyum.
Namun, aku tidak ingin mengulang saat itu,
karena kini kamu begitu dekat denganku... tapi aku jauh dari hatimu.
Semua berjalan begitu mudah.
Berarti memang ini jalanku.
Jalanku menemuimu.
Tapi, kita memang berbeda.
Aku hanya akan selalu menjadi orang luar.
Tapi, aku menikmati saat" seperti ini.
Kenaifanku, kekanak-kanakanmu.
Kita sama, tapi kita jelas berbeda.
Kita ambigu, kita kontradiktif.
Kamu peduli padaku. Kamu mau aku: sempurna.
Aku sempurna dengan caraku yang kau anggap berbeda.
Kaku dan dingin.
Tapi, aku mencoba bergerak dan mencair.
Kemudian kamu mulai menganggapku dan mendekatkan diri.
Tapi, tidak pernah ada kata kita dengan konotasi yang dalam.
Hanya sebatas kata ganti.
Aku mencoba mengerti, mencoba ada untukmu, mencoba diam dan menunggu.
Ternyata aku bukan dia.
Aku bukan sosok sempurna yang kamu inginkan.
Sempurna ternyata punya jenisnya.
Badanku sempurna; lengkap pancaindra.
Mungkin sempurna yang elok yang kamu cari, bukan yang esensial.
Kamu dapat dia, aku dapat diam.
Hening, tak terdengar apapun.
Aku ada di sini denganmu, tapi kita seperti bicara dalam dua bahasa berbeda.
Dalam perbedaan linguistik antara kitapun,
aku seperti dyslexia.
Aku tak mengerti ucapanmu, bahkan tulisanmu.
Aku tidak pernah sebingung ini.
Diam dan terluka.
Bergerak dan menyerah.
Dalam kalahku, akhirnya aku akui.
Aku jatuh cinta padamu.
Harusnya, lama sudah aku akui.
Tapi, lama juga sudah aku tinggalkan; aku sangsi.
Kini aku hanya mampu bersenandung untukmu,
"Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini
Maka ijinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekedar sayang padamu" -Chrisya, Kala Cinta Menggoda
Aku tersenyum dan kembali melanjutkan hidup.
Ajaib.
Kudapat kembali semangatku dan senyumku.
Kusembuhkan luka batinku.
Kuraih kawan setiaku.
Aku.
Egoku.
Citaku.
Pintaku.
Harapku.
Keberanianku.
Keberadaanku.
Kemandirianku.
Kamu.
Dia.
Kalian.
Kita semua, punya jalan masing-masing.
Tapi, aku punya hak untuk berkata:
Aku cinta padamu.
Monday, July 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment